Tasikmalaya, hayatuna.net – Allah Swt menciptakan manusia terdiri dari dua bagian utama: Jasmani dan Rohani. Jasmani terbuat dari tanah dan rohani berasal dari dzat Allah Swt.
إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ طِينٍ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Shad: 71
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. Shad: 72
Islam mengajarkan untuk memelihara dan membina keduanya. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata, Rasûlullâh Saw bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Swt daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan. HR Muslim
Agar sehat jasmaninya, Islam menganjurkan untuk memakan makakan yang halal dan thayyib, berolah raga, beristirahat yang cukup, bekerja yang sungguh-sungguh dan jika sakit hendaklah berobat.
Konsep Yunani lebih memprioritaskan pembinaan jasmani, seperti terungkap dalam motto “Men sana in corpore sano” (pada tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat). Sementara ajaran Islam lebih memprioritaskan pembinaan rohani. Rasulullah Saw menyatakan bahwa pada manusia ada yang disebut qalbu atau rohani, yang jika sehat sehaninya, sehat pula jasmaninya dan jika sakit rohaninya sakit pula jasmaninya, buruk akhlaknya dan jahat pula prilakunya.
Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan bahwa suatu bangsa akan qiamat (hancur) jika dicabut ilmu, yang dimaksud dengan dicabut ilmu di sini bukan dalam arti manusianya jadi bodoh, lembaga pendidikan tidak berkembang, melainkan dengan ditariknya para ulama dari bangsa tersebut. Para ulama menjadi ibarat pelepah tua yang berjatuhan satu persatu, tanpa muncul tunas-tunas baru.
Sementara peran ulama di tengah masyarakat yang utama adalah sebagai pembina rohani masyarakat. Jika mereka tidak ada, maka masyarakat tidak ada yang membina rohaninya. Yang ada hanya pembina jasmaninya. Sehingga masyakarat akan terdiri dari manusia-manusia dengan kondisi yang disebutkan di atas, yakni masyarakat yang sehat jasmaninya, kuat fisik dan ototnya, cerdas otaknya tapi bobrok mentalitasnya. Akibatnya di tengah masyarakat tersebut tidak akan ditemukan lagi rasa aman, damai dan tenteram, yang ada ada adalah ketakutan, kekhawatiran dan ketidakamanan, itulah alamat qiamat (kehancuran) suatu masyarakat.
Nabi Zakaria as pernah mengkhawatirkan kondidi masyarakatnya, jika beliau yang sudah tua renta harus kembali ke haribaan Ilahi Robbi, sementara istrinya mandul (‘aqiima) tidak ada kader yang melanjutkan usaha dan perjuangannya. Nabi Zakaria as lantas memohon kepada Allah Swt, agar dikaruniai anak. Do’anya terkabul dengan lahirnya Nabi Yahya as. Kiranya kita patut khawatir, jika ulama satu persatu wafat, sementara ibu masa kini pun sudah mandul, tidak mampu melahirkan kader-kader ulama, karena dihantui oleh kekhawatiran jika anaknya jadi ulama tidak bisa hidup layak dan enak. Lantas bagaimanakah nasib dan masa depan bangsa ini?
Sasaran atau target pendidikan di Indonesia sudah dirumuskan dalam sebuah rumusan yang cukup ideal, seperti tercermin dalam “Tri Chotomi Pendidikan atau 3H”: Head (otak), Heart (hati) dan Hand (tangan). Pendidikan ditargetkan agar anak itu cerdas otaknya, kuat imannya dan terampil. Walaupun dalam kenyataannya sering tidak dirumuskan dalam sebuah struktur program pendidikan yang berimbang. Materi pelajaran yang diarahkan ke penguatan iman dan taqwa yang akan melahirkan akhlaq mulia sering sangat minim dan jomplang dengan materi pelajaran yang dialamatkan ke pencerdasan dan keterampilan. Sehingga tidak heran jika di negeri ini semakin banyak anggota masayarakat terdidik, dengan tingkat keilmuan dan keterampilan yang membanggakan, tapi menyedihkan dalam hal moral/akhlaqul karimah.
Dalam Islam dikenal prinsip pendidikan sepanjang hayat, Long life Education, minal Mahdi ilal Lahdi. Sehingga tidak ada alasan tua untuk belajar (no old to learn). Meski demikian pendidikan akan lebih beratsar dan berhasil jika diberikan sejak kecil. Pepatah mengatakan bahwa belajar sejak kecil itu ibarat memahat di atas batu, sedang belajar setelah tua ibarat menulis di atas air. Susah hafal mudah lupa.
Pendidikan juga akan berhasil jika dilakukan secara manhajiyah, dengan manhaj atau kurikulum yang baik, tidak dilakukan secara sporadis dan asal-asalan. Mengajar bukan menyampaikan semua ilmu, tapi disesuaikan dengandaya serap murid (‘ala qadri uqulihim).
Persatuan Islam (PERSIS) adalah sebuah jam’iyyah yang bergerak di bidah dakwah, pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Atsar perjuangannya terutama dalam memberikan sibghah terhadap aqidah, ibadah dan mu’amalah masyarakat sudah sangat luas, bukan hanya melintasi batas kota dan provinsi tetapi batas negara. Dalam bidang pendidikan, Persatuan Islam mempuyai tujuan institusionalnya sendiri. Hal ini menuntut Persatuan Islam untuk menyiapkan bukan hanya sarana dan prasarana, tapi juga juga tenaga kependidikan, dana dan manhaj sendiri. Dan ini bukan masalah yang mudah.
Jumlah kelembagaan Persatuan Islam pun terus bertambah. Dengan dukungan dari banyak pihak, sarana dan prasarananya pun terus bertambah. Tapi menyangkut manhaj pendidikan belum pernah disusun dengan lengkap dan sistematik, dan tidak tersosialisasi dengan merata. Sehingga terkesan masing-masing lembaga pendidikan berjalan sendiri-sendiri.
Menyadari akan besarnya keinginan untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang baik dan berkualitas, kuatnya keinginan untuk menyiapkan kader-kader ulama dan zu’ama yang mumpuni, serta tingginya harapan para orang tua murid untuk mempunyai anak-anak shaleh.
Mudah-mudahan kita semua mampu memecahkan kesulitan yang selama ini dialami dalam melaksanakan proses pendidikan atau pembinaan kader-kader. Dan mudah-mudah Allah Swt menjadikan perhatian kita ini menjadi amal shaleh yang akan menjadi bekal di akhirat kelak.
Ditulis oleh KH. Drs. Shiddiq Amien, MBA (Alllahu yarhamh) sebagai Ketua Umum Persatuan Islam dalam Kata Sambutan Silabi Kurikulum Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Persatuan Islam (Bid. Tarbiyah) hal. iii
Komentar