Tasikmalaya, hayatuna.net – disamping menjadi kegiatan rutin yang diadakan setiap akhir semester, setelah para santri mengikuti kegiatan belajar mengajar, baik di kelas maupun asrama. Tentunya dipandang penting pihak madrasah/sekolah mengadakan kegiatan evaluasi belajar santri terhadap pelajaran-pelajaran yang sudah diberikan. Oleh karena itu, kami sebut kegiatan ini dengan Ikhtibar atau UIangan (baca;pelajaran). Kegiatan ikhtibar ini dikuti oleh seluruh santri dari tiap jenjangnya.

Teknis pelaksanaan ikhtibar dari tiap lembaga pendidikan, khususnya Pesantren yang ada di seluruh Indonesia tentunya akan berbeda satu sama lain. Salah satunya ikhtibar di Pesantren Persatuan Islam 32 Ciawi, kegiatan ikhtibar sangat akrab sekali dengan pengujian atau pengetesan bagi bara santri dengan pola syafawi (atau lisan). Ikhtibar “syafawi” ini bertujuan untuk mengevaluasi serta memonitoring sudah sejauh mana tingkat pencapaian santri.

Seluruh santri yang akan mengikuti ikhtibar tentunya akan disibukan dengan kegiatan Murojaah kembali seluruh hafalan, baik tilawah Al-Quran, Hadits-hadits pilihan yang dilengkapi dengan murojaah ilmu alat seperti Nahwu, Shorof dan I’rob. Para peserta ikhtibar akan berada di podium (mimbar) atau di depan kelas selama waktu pengujian.

Pada hari pengujian, orangtua diwajibkan hadir dan ikut meramaikan kegiatan ikhtibar ini. Tentunya akan menambah semangat juga ketegangan seluruh peserta didik sembari mereka berdoa supaya putra-putri nya dapat lancar menjawab semua pertanyaan dari penguji atau Asatidz.

Sebagai penutup, baru-baru ini semua otoritas pendidikan dan pendidikan telah menekankan perlunya mengubah konsep menjadi lebih baik, agar dapat mengimbangi kemajuan peradaban, kemajuan ilmiah, dan kemajuan teknis berdasarkan pencapaian hasil pendidikan yang sukses, sampai tes didefinisikan sebagai pengukuran dan evaluasi semua pekerjaan yang dilakukan oleh guru pada tingkat prestasi siswa, dan pemahaman mereka tentang apa yang mereka terima, dan pemahaman mereka tentang mata pelajaran yang mereka pelajari.

Semoga apa yang dilakukan hari ini oleh para guru/asatidz, bukan sebatas memberikan atau memindah-bukukan apa yang mereka miliki kepada para siswa. Lebih dari itu, guru/asatidz harus bisa menjadi suri tauladan bagi para siswa.

Keteladan akan menjaga rasa dari apa yang pernah mereka terima, dan senantiasa menjadi corak dalam kepribadian santri sendiri, terkhusus santri Persatuan Islam. /IJ
Wallahu a’laam bi ash-showwab
Duh pun anak Hawa Mujaddidah Alfitri nuju ihktibar, mudah-mudahan jadi anak yang sholehah. amiin